Description:
Penelitian ini merujuk pada konsep the stories we live by ‘kisah-kisah hidup’
yang dikembangkan oleh Stibbe (2015) dalam kajian ekolinguistik. Melalui bahasa,
manusia mendapatkan gambaran tentang suatu keadaan, peristiwa, dan fenomena
fenomena lainnya, baik yang kasat mata (skala) maupun yang tidak kasat mata
(niskala). Ruang kehidupan manusia selalu memiliki cerita atau kisah-kisah penuh
makna yang diungkapkan melalui bahasa. Kisah-kisah hidup tersebut dapat muncul di
berbagai teks yang mengitari kehidupan manusia; salah satunya adalah awig-awig
‘hukum adat’. Pada umumnya, awig-awig yang disusun berpedoman kepada filosofi
ekologis (ekosofi) yang terkait dengan lingkungan alam (palemahan), lingkungan
sosial (pawongan), dan lingkungan spiritual (parhyangan) yang disebut Tri Hita
Karana (THK). THK didefinisikan sebagai tiga penyebab kebahagiaan (Wiana, 2007;
Peters dan Wardana, 2013). Seluruh desa pakraman ‘desa adat’ di Bali diwajibkan
untuk mengimplementasikan konsep THK, baik dalam pembangunan maupun dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Luaran yang diharapkan dari pelaksanaan THK ini
adalah terciptanya kesejahtraan dan kebahagiaan masyarakat Bali dengan terjaganya
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan spiritual secara seimbang,
dinamis, dan berkelanjutan.
Pengimplementasian ekosofi THK ke dalam penyusunan awig-awig di setiap
desa pakraman di Bali perlu dilakukan penelitian lebih jauh. Salah satunya adalah
keberadaan “Awig-awig Desa Adat Tenganan Pegringsingan” (ADATP) yang sudah
ada sejak abad ke-11. Penelitian terhadap keberadaan awig-awig ini adalah
bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kosakata, gramatika, dan struktur tekstual
awig-awig tersebut; (2) mengkaji representasi ekosofi THK dalam ADATP, yakni
ihwal hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan Tuhan yang terkandung dalam ADATP; (3)
mendeskripsikan dan mengkaji interpretasi pelestarian lingkungan dalam ADATP;
dan (4) mendeskripsikan praktik sosiokutural ADATP.
Penelitian ini didasarkan pada perspektif fenomenologis dengan menerapkan
pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi
dan wawancara. Data dokumentasi yang digunakan adalah ADATP dalam bentuk
tertulis. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan mengombinasikan teori
ekolinguistik yang dikemukakan oleh Arran Stibbe dengan analisis wacana kritis
yang dikemukakan oleh Fairclough, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk
formal dan informal. Wawancara dilakukan untuk membantu pemahaman terhadap
interpretasi ADATP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) deskripsi ADATP, baik dari tataran
kosakata maupun gramatika, memiliki nilai eksperiensial, relasional, dan ekspresif.
Sementara itu, dari struktur tekstual, pesan, perintah, atau amanat kepada penerima teks
disampaikan dalam bentuk formal; (2) dari analisis evaluasi teks, didapatkan
gambaran bahwa selain memiliki evaluasi positif, ADATP juga memiliki evaluasi
negatif, dan ambivalen yang direpresentasikan melalui bentuk-bentuk lingual
berupa leksikon, frasa, dan klausa/kalimat; (3) interpretasi pelestarian lingkungan
dalam ADATP diklasifikasikan menjadi tiga, yakni adanya pelestarian terhadap
ekologi alamiah, pelestarian terhadap ekologi manusia, dan pelestarian terhadap
ekologi spiritual; (4) ADATP tidak terlepas dari pertarungan kekuasaan dan
ideologi. Kekuasaan pemroduksi teks sebagai representasi masyarakat Tenganan
Pegringsingan diwujudkan dengan bentuk-bentuk lingual berupa larangan,
ancaman, dan intimidasi. Sementara itu, ideologi dari perspektif ekolinguistik yang
tersingkap dalam ADATP adalah ideologi yang bersifat preservatif terhadap
lingkungan. Selain itu, ditemukan beberapa ideologi yang bersifat destruktif
terhadap lingkungan, terutama pada lingkungan sosial. Dominasi kekuasaan dan
ideologi dalam ADATP tidak terlepas juga dari pengaruh sistem kerajaan pada
zaman itu. Raja mempunyai pengaruh besar dalam mengatur dan menentukan
aturan-aturan yang dibuat oleh desa adat di bawah kekuasaannya. Hal ini
memungkinkan masuknya ideologi-ideologi raja sebagai identitas kekuasaan yang
dimiliki.
URL:
https://repository.akpar-denpasar.ac.id/uploads/Desertasi_Final.pdf
Type:
Desertasi
Document:
Program Studi D3 Usaha Wisata
Date:
07-07-2025
Author:
Dr. I Gede Astawa, S. Pd., M. Hum.